Sabtu, 15 Juni 2019

Menjajal Moda Transportasi baru LRT Jakarta 150619


Menjajal uji coba moda transportasi modern Jakarta, serasa Ada diluar negeri.
Perjalanan dimulai dari Stasiun Velodrome tepat pukul 18.00 WIB.

Eh, ini stasiunnya bukan dekat halte busway Velodrome ya, kalau Naik busway mesti lewat satu halte Setelah Velodrome yaitu halte Pemuda Rawamangun dekat Mall Arion.
Tadinya kami kecele turun di Velodrome, terpaksa naik sekali lagi cuma beda satu halte turun Dan menyeberang kesebekah kanan.
Kelihatan stasiun mewah Lrt Velodrome. 


Dari pintu stasiun Naik keatas menggunakan eskalator, disediakan juga lift untuk para disabilitas, manula Dan untuk yang membawa anak atau bayi.

Karena ini uji coba kami harus mendaftar dulu untuk mendapatkan seat dan kemudian kita akan mendapatkan bukti pendaftaran dengan barcode yang nantinya akan di scan dan diganti dengan tiket masuk.



Kereta melaju ke arah utara menuju Stasiun Boulevard Utara di dekat Mal Kelapa Gading.
Tak terasa, 10 menit berlalu, kereta sudah melalui tiga stasiun yang masih dibangun dan belum beroperasi yaitu Stasiun Equestrian, Stasiun Pulomas, dan Stasiun Boulevard.



Tepat 15 menit setelah kereta berangkat dari Stasiun Velodrome, kereta tiba di Stasiun Boulevard Utara. Tak sampai lima menit berhenti, kami kembali ke Stasiun Velodrome. Adapun kembalinya harus naik eskalator dengan menyeberang dulu kearah yang berlawanan karena kereta pergi Dan balik menggunakan rel yang berbeda.


Selanjutnya di stasiun tujuan akhir kita harus mengembalikan lagi kartu LRT kepada Bapak satpam yang menunggu dipintu keluar.




Suasana di dalam stasium Lrt

Selanjutnya perjalanan pulang kami menggunakan bus Transjakarta dari halte Pemuda Rawamangun menuju ke halte Dukuh atas dua,
Oh, iya perjalanan dari halte Dukuh atas2 ke halte Pemuda Rawamangun makan waktu sekitar 30menit..
Dari Halte Dukuh atas2 transit ke Dukuh atas1 menuju Blok M dan selanjutnya naik transjakarta yang ke Ciledug.
Walaupun perjalan ini panjang, alhamdulillah cuma mengeluarkan biaya tiket Rp.3.500 saja.

Rasanya bahagia dan bangga sekali negara kita Indonesia bisa punya transportasi semewah luar negeri, semoga semua fasilitas umum ini bisa kita jaga bersama agar tetap dapat kita nikmati bersama.


Read More

Selasa, 28 Mei 2019

Danau Toba (9) - Situs Batu Sira

Situs Batu Sira/Parulubalangan.

Dalam bahasa Batak Toba, sira berarti garam.  Mungkin karena batu ini adalah batu yang gampang hancur dan menyerupai garam makanya disebut batu garam.


Penjaga situs Batu Sira ini bercerita kepada kami tentang bagaimana hukuman dijalankan pada masa itu. Dalam ceritanya perkawinan semarga sa Parna (Pomparan ni Raja Nai Ambaton) itu dilarang atau tidak diperkenankan.


Adalah pada jaman dahulu seorang lelaki menikahi perempuan sa Parna nya sehingga dia harus dihukum oleh Raja. Yg perempuan dibebaskan dari hukuman karena dia dibohongi oleh calon suaminya waktu itu. Si Lelaki dihukum  disidang dikursi Pasidangan Batu Sira. Terhukum akan dipasung selama beberapa hari tanpa makan dan minum hingga akhirnya tiba waktunya untuk dieksekusi dihukum gantung diantara dua buah batu dengan kaki diikat lalu darahnya ditampung melalui tulang belakangnya yang ditusuk pakai bambu dan darahnya ditampung.Ritual selanjutnya adalah jantung dan hatinya diambil lalu dicampur ke dalam gulai daging kerbau/babi. Gulai ini dibagi-bagikan ke semua penduduk supaya dosa-dosa si penjahat hilang dari muka bumi.  Dan darahnya setelah dibiarkan sehari  membeku darah itu dibagi-bagikan untuk dimakan bersama-sama. Huuu. . .  serem ya. Kemudian lelaki itu dikuburkan berdiri tegak.



Tampak Batu sebelah kiri adalah lelaki yg terhukum dan istrinya adalah batu yang menunduk disebelah kanan .Dalam ceritanya istrinya tidak dihukum tapi diasingkan ke hutan sampai melahirkan. (Foto dipinjam dari google).



Dalam kesempatan ini saya diberi kesempatan untuk naik dan masuk ke Rumah Bolon. Rumah Bolon ini umumnya berpintu rendah yang maknanya agar tamu yang datang selalu hormat pada pemilik rumah dan orang yang ada  didalamnya.



Didalam rumah bolon tersimpan Tongkat milik Raja, tempat minuman dan tempat obat yang biasanya benda benda ini selalu dibawa bila Raja bepergian. Beruntung temanku Guntur diberi kesempatan untuk memakai benda benda ini untuk kami foto. Nggak semua orang lho bisa diberi kesempatan untuk membawa benda benda ini keluar dari Rumah Bolon. Mungkin waktu itu kami lagi bernasib baik.
Sayang sekali keteika sampai disini batere kamera saja low, sehingga foto foto diatas saja pinjam dari google untuk melengkapi cerita . Foto saya dan Guntur dipinjam dari hasil jepretannya Hp nya Guntur. Terima kasih juga buat temanku Guntur dan istrinya yang udah berbaik hati menemani jalan jalan kami keliling Samosir.
Hikmah yang saya ambil dari perjalanan kami dari tanggal 5 Februari 2016 sampai 8Februari 2016 kami jadi merasa akrab antara satu sama lain. Semoga lain waktu bisa jalan-jalan bareng lagi dilain kesempatan. Salam traveler.
Read More

Danau Toba (8) - Situs Batu Hobon - Pusuk Buhit

Situs Batu Hobon 

Kunjungan kami kali ini adalah menuju Batu Hobon yang disakralkan oleh masyarakat suku Batak. Batu Hobon berada di area Pusuk Buhit di Pangururan.  



Di tempat ini kerap diadakan upacara sakral yang masih berlanjut hingga sekarang. Upacara itu diyakini sebagai penghormatan pada roh leluhur sekaligus menerima pewahyuan dari nenek moyang, dikenal dengan sebutan Ompu “Tatea Bulan”.



Waktu kami mengunjungi tempat ini hujan turun sangat deras. Jalan licin dan menanjak tidak mengurangi keinginan kami untuk melihat situs batu Hobon ini. Akhirnya sampai juga kami walaupun berbasah basah karena ditimpa hujan.


Alkisah menurut cerita Batu Hobon adalah buah tangan Raja Uti untuk menyimpan harta kekayaan orang Batak, berupa harta pusaka dan alat-alat musik. Di dalam Batu Hobon ini tersimpan Lak-Lak ( kitab) yang berisi ajaran dan nilai-nilai luhur.


Berdasarkan pewahyuan yang datang pada keturunannya, diperkirakan pada suatu saat, benda-benda yang tersimpan dalam batu itu akan di keluarkan sendiri oleh Raja Uti –yang menurut kepercayaan setempat tidak pernah mati. Dia akan tetap hidup dalam pribadi-pribadi pilihan yang tentu masih keturunannya.

Patung Ompu Saribu Raja berdiri tegak menjaga Batu Hobon yang konon berisi harta kekayaan yang tidak ternilai.

Batu hobon biasanya tempat suku Batak yang sebagian masih beragama Parmalim, dan agama ini memohon berkat Sumangot dari Dewa Debata Mula jadi Nabolon, dari Arwah-arwah leluhur (dari yang Ghaib) , juga dari Tokoh-tokoh adat atau kerabat-kerabat adat yang di hormati, seperti Kaum Hula-hula (dari sesamanya). Agama ini lebih condong ke paham Animisme. Agama ini bersifat tertutup hanya untuk suku Batak, karena upacara ritualnya memakai bahasa Batak.


Disini kami melihat orang berdoa memohon di batu Hobon ini sambil menangis nangis menceritakan dan mohon dibantu keluar daari kesulitan hidupnya.
Umumnya yang datang berdoa kesini selalu membawa sesajen sirih, rokok dan telur ayam. Telur biasanya dipecahkan diatas Batu Hobon walaupun sudah ada larangan memecahkan telur diatas batu tapi larangan itu tetap asaja diabaikan.
Dari lokasi ini pejalanan kami lanjutkan ke situs Batu Sira, batu Parulubalangan. Yuk ikuti cerita perjalanan kami. 
Salam traveler.














Read More

Danau Toba (7) - Situs Ompu Tatea Bulan.

Situs Ompu Guru Tatea Bulan.

Beruntungnya kami, walaupun hari hujan bisa juga sampai ke Pusuk Buhit. daerah ini tepatnya berada di  Desa Limbong Sagala, kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Toba-Samosir. Untuk menuju ketempat ini jalan menanjak, tempatnya tinggi diatas bukit, butuh kesabaran untuk sampai kesini. Begitu sampai ternyata udah banyak rombongan yg  sampai duluan dan kejebak hujan. Waktu hujan berhenti datang  rombongan baru lagi. Tempat ini sangat di sakralkan oleh suku Batak,  biasanya para peziarah menghaturkan doa di hadapan patung patung ini.


Umumnya warga suku Batak menganggap Guru Tatea Bulan adalah leluhur yang suci. Berada di rumah persembahan Guru Tatea Bulan diibaratkan sebagai sebuah pertemuan antara nenek moyang dan para cucu.


Bangunan disisi kiri, ada empat patung, tiga diantaranya menumbuk padi dan satunya menampi beras.


Semua patung-patung disini menceritakan tentang asal mula kehidupan dan sejarah suku Batak dimasa lalu.
Bagi orang Batak, anak laki-laki sulung adalah si pembawa nama bagi keluarganya dan mereka harus tahu cerita asal usul suku batak agar dapat menceritakannya pada anak-anak dan keturunannya.
Dibelakangku ada tujuh tampilan Raja Uti. Dalam legendanya Raja Uti tidak punya tangan dan kaki dan bisa berubah menjadi tujuh rupa.
Pusuk Buhit adalah tempat asal  muasal suku Batak.  Disinilah leluhur pertama Suku Batak diturunkan oleh Tuhan Mulajadi Nabolon.  Di gunung inilah pertama kali, Deak Parujar, yang menurut keyakinan tradisi Batak merupakan dewi penciptaan orang Batak, memulai menciptakan kehidupan. Ia pun menurunkan generasi selanjutnya yakni Si Raja Batak. Si Raja Batak inilah yang kemudian dianggap generasi awal dimulainya peradaban modern masyarakat Batak.

Menurut cerita Batak (Toba), Raja Uti  yakni cucu dari Si Raja Batak ketika lahir tubuhnya tidak memiliki kaki, dan tangan, bentuknya sekedar gumpalan daging. Tetapi kemudian disempurnakan berkat doa dan meditasi yang ia lakukan selama bertahun-tahun. Raja Uti mendapat tempat terpenting dalam spiritual orang Batak. Ia merupakan pengantara manusia dengan Mulajadi Nabolon (Sang Pencipta). Raja Uti dianggap sebagai peletak dasar hukum dan aturan masyarakat Batak. Ia dikenal sakti dan hidup abadi. Raja Uti menjadi pusat spiritual bagi masyarakat Batak dan masyarakat Batak menaruh hormat pada tokoh ini. Secara lengkap, arketip Raja Uti beserta orangtua dan saudara-saudaranya ada di kaki Gunung Pusuk Buhit.
 Sangking dihormatinya, Raja Uti pun memiliki 7 rupa dan penyebutan, yakni; Ompu Raja Uti, Ompu Raja Pusuk Buhit, Ompu Raja Gumelleng-gelleng, Ompu Raja Biak-biak, Ompu Raja Parhata, Ompu Raja Hasaktian dan Ompu Raja Hatorusan. Masing-masing rupa dan penyebutan itu didasarkan atas fungsi dan ketokohannya di dalam spiritualitas masyarakat Batak.

Adapun si Raja Batak (Ompu Guru Tatea Bulan) mempunyai dua orang putra yaitu: 1. Tuan Doli dan 2. Raja Isumbaon.
Tuan Doli mempunyai 5 (lima) orang putra, yaitu: 1. Raja Biakbiak ( Raja Uti )   2. Saribu Raja  3. Limbong Mulana  4. Sagala Raja  5. Silau Raja.
Raja Biakbiak adalah putra sulung Guru Tatea Bulan. Raja Biakbiak atau juga disebut dengan Raja Uti tidaklah mempunyai keturunan.
Saribu Raja adalah putra kedua Guru Tatea Bulan. Saribu Raja mempunyai 2 (dua) orang putra yang dilahirkan oleh 2 (dua) istri. Istri pertama Saribu Raja adalah Siboru Pareme yang melahirkan Raja Lontung (benarkah anak dari Sariburaja?) dan istri kedua Saribu Raja adalah Nai Mangiring Laut yang melahirkan Raja Borbor.
Raja Lontung mempunyai 7 (tujuh) orang putra, yaitu:
  1. Sinaga, menurunkan marga Sinaga dan cabang-cabangnya
  2. Situmorang, menurunkan marga Situmorang dan cabang-cabangnya
  3. Pandiangan, menurunkan Perhutala dan Raja Humirtap, Raja Sonang (Toga Gultom, Toga Samosir, Toga Pakpahan, Toga Sitinjak) dan cabang-cabangnya
  4. Nainggolan, menurunkan marga Nainggolan dan cabang-cabangnya anatara lain Lumban Nahor, Batuara, Parhusip, Lumban raja
  5. Simatupang, menurunkan marga Togatorop, Sianturi dan Siburian
  6. Aritonang, menurunkan marga Ompu Sunggu, Rajagukguk, dan Simaremare
  7. Siregar, menurunkan marga Siregar Silo (Sormin), Dongoran, Silali, dan Sianggian.
Keturunan Raja Borbor (anak dari istri kedua Saribu raja) membentuk rumpun persatuan yang disebut dengan Borbor yang terdiri dari marga Pasaribu, Batubara, Harahap, Parapat, Matondang, Sipahutar, Tarihoran, Saruksuk, Lubis, Pulungan, Hutasuhut, Tanjung serta Daulay. 
 Cerita selanjutnya bisa dibaca disini
Perjalanan kami selanjutnya kami lanjutkan menuju situs sakral Batu Hobon.
Yuk ikuti cerita dan jalan-jalan kami. Salam traveler.
 *cerita dikutip dari wikipedia org dan rangkuman dari berbagai sumber di google
Read More

Danau Toba (6) - Sianjur Mula-mula.

Pusuk Buhit – Sianjur Mula mula, kampung asal muasal suku Batak.

Dari Aek Sipitu Dai kami melanjutkan perjalanan ke Desa Sianjur Mulamula. Menurut sejarah Batak, dari sinilah asal muasal suku Batak bermula sebagian besar percaya mereka berasal dari Pusuk Buhit daerah Sianjur Mula Mula.



Jalan menuju Posuk Buhit cuma bisa dilalui motor atau pejalan kaki, kalau dilalui mobil cuma muat satu mobil, tidak bisa selisih jalan dan susah cari tempat untuk putar balik. Medannya benar-benar sulit, tapi sangat indah.



Inilah Desa Sianjur Mula-mula yang terletak dilembah dikaki Pusuk Buhit difoto dari Pusuk Buhit.



Ketika kami tiba di Sianjur Mulamula hujan turun agak deras sehingga agak sulit bagi mobil turun kebawah mengingat jalannya menurun curam dan berbatu-batu.



Cukup puas bisa sampai di sekolah Ichon Sagala walaupun nggak bisa turun kebawah melihat sekolah SD dan perkampungan di Sianjur Mulamula karena jalannya basah dan licin untuk turun kebawah.
Oh iya, untuk tahu cerita tentang Ichon kamu perlu baca buku Super Nova nya Dee Lestari yang berjudul Gelombang.



Perjalanan kami lanjutkan menuju Situs Guru Tatea Bulan, Batu Hobon dn Batu sira. Pemandangan sepanjang perjalalan indah belaka.
 Yuk lanjut ikuti perjalanan kami, Salam traveler.






 

Read More

Danau Toba (5) - Aek Sipitu Dai.

Aek Sipitu Dai – Air Pancuran Tujuh Rasa.

Hoala. . . perjalanan kami hari ini berlanjut ke sebuah tempat mata air spiritual bagi suku Batak yaitu Aek Sipitu Dai.



Lokasi Aek Sipitu Dai terletak disebuah perbukitan dengan jalanan yang menanjak.



Sebelum masuk masuk ke area pancuran kami diberi arahan dulu bahwa untuk masuk ke area ini harus dengan hati yang bersih dan tidak memiliki hati yang kotor karena dipercaya bagi yang masuk tidak dengan  hati bersih akan ada saja bala yang  didapatkannya

Didepan pintu sebelum masuk ucapkan salam : “Horas Opung”.

Sesuai kepercayaan masyarakat Batak ada keajaiban di objek wisata Aek Sipitu Dai ini,  yaitu  Air dari satu sumber rasanya berbeda dari masing-masing tujuh pancuran yang ada. Mata Air ini pun dipercaya dapat kami menyembuhkan berbagai penyakit.

Kurang tau apa cerita sejarah yang ada dibalik batu yang berlubang-lubang ini. tempohari lupa menanyakan sama penjaganya, kalau ada yang tau mungkin bisa menambahi.

Sumber mata air yang terletak di bawah pohon rimbun di Desa Aek Sipitu Dai. Adapun ketujuh pancuran mata air tersebut yaitu:


Pancuran I : merupakan Aek Poso  khusus untuk ibu memandikan anak-anak yang belum memiliki gigi, karena anak-anak tersebut tidak bisa dibawa ke mata air.


Pancuran II : merupakan pemandian kaum ibu yang telah berusia uzur atau tidak bisa lagi melahirkan maupun wanita mandul
Pancuran III : merupakan pemandian kaum ibu muda yang sedang mengandung atau kaum ibu yang masih ada harapan mengandung/melahirkan
Pancuran IV : disebut Paridian Sibaso (Pemandian Wanita Pengobati) yang berfungsi untuk membantu persalinan, letaknya mengarah ke pembuangan karena Sibaso biasanya memegang anak-anak kotor (proses persalinan).


Pancuran V : disebut Paridian Pangulu yang merupakan tempat pemandian kaum lelaki yang berusia tua atau uzur.


Pancuran VI : disebut Paridian Doli-Doli merupakan pemandian lelaki muda yang merupakan keturunan Guru Tatea Bulan


Pancuran VII : disebut Paridian Hela dipakai oleh Kaum lelaki (Menantu) yang memperistri wanita keturunan Guru Tatea Bulan.

Selain membasuh muka disini kami juga merasakan minum air dari tujuh pancuran yang rasanya berbeda-beda. Memang terasa segar dan enak benar waktu sampai di lambung. Rasa airnya manis, asam, tapi benar benar segar. Sebelum dibasuhkan kemuka atau diminum airnya disarankan untuk mengucapkan salam dan menyebutkan niat dan doa yang diinginkan, siapa tau terkabul. Kepercayaan orang disini begitu sih, ya diikutin ajalah. Saya sendiri percaya nya sama Tuhan, tapi orang disini kan masih pemeluk agama Parmalim atau Pelbegu, yang berdoanya sama batu-batu dan patung patung. Pulangnya kami sempatkan membawa air ini untuk diminum diperjalanan. Malah ada yang bawa pulang airnya 1jerigen, hahahaha . . . niat banget kan.

Dari Aek Sipitu Dai kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kami ke tujuan selanjutnya

Perkampungan masyarakat di tempat kami parkir, umumnya masyarakat tinggal dirumah Bolon yang dibawahnya terdapat kandang ternak. Hewan peliharaan mereka umumnya adalah babi.

Ternak peliharaannya gemuk-gemuk dan berkeliaran begitu saja diperkampungan.
Selesai kunjungan kami di Aek Sipitu Dai, selanjutnya kami meneruskan perjalanan ke Desa Sianjur Mula-mula daerah asal usul suku Batak dan Pusuk Buhit. Yuk ikuti cerita perjalanan kami selanjutnya.
Salam traveller.


Read More

Danau Toba (4) - Aek Rangat.

Aek Rangat – Hot Spring Tanah Batak.


Menginap di Pangururan membuat kami lebih mudah untuk menikmati mandi di Aek Rangat. Aek Rangat atau nama kerennya sekarang Hot Spring adalah air panas yang mengandung belerang. Penginapan kami persis berada disamping pemandian Aek Rangat. Jadi begitu bangun tidur, cari handuk dan baju ganti langsung kami mandi ke Aek Rangat.
Gerbang masuk ke Area Aek Rangat.
Aek Rangat disini umumnya sudah dikelola oleh masyarakat dengan membuat kolam-kolam ditempatnya masing-masing. Mereka membuka usaha tempat makan dan minum sekalian ada kolam air panas. Kalau anda membeli makanan atau miuman ditempat mereka maka mandi dikolam air panasnya gratis. Tapi kalau tidak maka untuk masuk dikenakan tiket masuk 10k.


Read More